|
Tuktuk Landscape |
|
Tuktuk Landscape |
|
Tuktuk Landscape |
|
Tuktuk Landscape |
|
Tuktuk Landscape |
Hari ketujuh, Kamis 29 Desember
2012, pagi-pagi saya dan Togi pergi untuk mencari tempat penyewaan sepeda. Kami
menyewa sepeda di sekitar Hotel Toledo Inn dengan tariff 8000 rupiah / jam.
Setelah memilih milih sepeda, kami langsung gowes ke arah Tomok. Tidak sampai
Tomok, melalui kantor Telkom Togi berhenti dan menunggu saya ke tujuan pintu
masuk dari Tomok ke Ambarita. Kembali ke hotel kami ngebut, memanfaatkan waktu
yang tersisa sebalum berangkat kembali ke Parapat untuk berenang sebentar di
Danau Toba. Sampai di tempat sewa sepeda yang sempat kesasar saking ngebutnya
hahahaha. Akhirnya kami temukan
juga, dan bayar sewa satu setengah jam. Dari sana langsung kami bergegas ke hotel untuk
sarapan lalu berenang. Nikmat sekali dan sedikit ngeri, tidak sedikit cerita orang
tertarik arus danau entah karena arus atau memang tidak bisa berenang. Kolam di
hotel Toledo Inn dari Danau Toba, bertangga empat step sebentar landai
selanjutnya masuk ke kedalaman 2 meter lalu 3 meter.
|
Pintu Masuk Tuktuk dari Ambarita Samosir |
|
Polygon and I in Tuktuk Samosir Toba Supervolcano Lake |
|
Polygon and I in Tuktuk Samosir Toba Supervolcano Lake |
|
Polygon and I in Tuktuk Samosir Toba Supervolcano Lake |
Setelah berenang sekitar setengah
jam, kami langsung mandi berbilas, packing dan bersiap di dermaga untuk
berangkat dengan kapal yang sama ketika kami datang. Ikut mengantar salah satu
putri pemilik hotel ini yang mengantar koleganya dari luar negeri.
|
Toledo Inn Port |
|
Toledo Inn Port |
|
Sisi dan Josh Hutauruk bersama Amangtua Gresik (Atur) di dek atas Kapal Toledo Inn |
|
Salah satu sudut Danau Toba |
|
Di dek atas Kapal Toledo Inn |
|
Salah satu sudut Danau Toba dengan keramba ikan |
Penyeberangan memakan waktu sekitar
30 menit dan kamipun tiba di Parapat. Bus kami sudah menunggu di pinggi jalan.
Kami bergegas sambil membawa tas kami masing-masing. Sebalum naik bus kami
semnpatkan beli buah jeruk untuk ganjal perut sebelum makan siang. Kami berangkat tujuan Medan melalui Brastagi
pada waktu sudah hampir tengah hari. Kami berhenti sebentar di
Simarjarunjung untuk minum jahe sambil makan pisang goreng. Lokasi ini seperti
penelokan, berada di ketinggian untuk memandang-mandang. Lokasi ini memiliki
taman selain hotel dan restoran. Di taman banyak rombongan berisitirahat sambil
makan di atas tikar. Beberapa
penjaja asongan juga ada yang menawarkan cendera mata dan buah. Lagi-lagi kami
makan durian.
|
Sisi dan Josh di depan Hotel Siantar Simarjarunjung |
|
Penjaja Durian di Simarjarunjung |
|
Mmmmm..milih menu dulu di Simarjarunjung |
Sekitar satu jam di sana kami lanjutkan perjalanan lagi ke Brastagi. Pemandangan
Danau Toba selanjutnya menghilang sejauh perjalanan kami menuju Brastagi. Rasa
lapar yang mulai merongrong kami jawab dengan makan buah jeruk, pisang atau
kacang. Kami semua sepakat makan siang di Brastagi meskipun beberapa
menggerendeng karena lapar, hahahahaha, tapi keputusan sudah dibuat. Sisi dan
Josh yang duduk di bangku terdepan belakang sopir sempat mental ke depan ketika
sopir menginjak rem. Kupikir perlu ada besi horisontal atau papan untuk menjaga
agar penumpang yang di duduk di bangku terdepan tidak mental. Sekitar pukul
15.00 kami tiba di Brastagi. Abang Dharma langsung memanggil salah satu anggota
Erlangga cabang Brastagi untuk menemani mencarikan restoran. Sesuai ketetapan
bersama kami memilih restoran Chinese food. Akhirnya kami makan siang di
Restoran Eropa.
|
Pedestarian di Brastagi |
|
RM Eropah di Brastagi |
|
Rumah Makan Eropah masakan Chinese Food... |
Setelah makan siang menjelang sore tersebut kami lanjutkan perjalanan.
Brastagi merupakan kota di tanah karo yang merupakan sentra produksi buah jeruk
yang disebut Jeruk Medan, yang biasa dijual di supermarket ibukota. Salah satu
rekan bisnis kami merupakan perusahaan transporter yang biasa mengangkut jeruk
medan dari Brastagi ke Jakarta. Sembari masih dalam bus kami
masing-masing memberikan pendapat atau kesan yang didapat dari perjalanan ini.
Intinya kami semua bahagia dan ingin mengulangi lagi perjalanan bersama saudara
se-ompung. Bila mungkin kita explore lagi daerah tano batak yang masih belum
sempat kita explore. Tapi kalo ada sponsor yang mau membiayai kita ke luar
negeri juga tak apalah….hahahaha.
Perjalanan ke Medan dari Brastagi melewati jalan yang menurun dan berliku.
Suasana mulai gelap diiringi hujan. Memasuki kota Medan, jalan mulai macet. Di
kiri kanan jalan banyak penjaja durian. Tujuan kami adalah kembali ke Hotel JW
Marriot. Sekitar pukul 22.00 kami tiba di di hotel tersebut. Semua peserta
turun dan masuk ke lobby. Di salah satu sudut dengan sofa yang lumayan banyak
kami duduk dan berdoa bersama. Setelah berdoa, kami bersalaman dan
berpelukan untuk membubarkan diri. Ada
keluarga yang menginap di rumah saudara, ada yang menginap di hotel ini, dan
kamipun berangkat ke SwissBell Inn. Kami berangkat menggunakan taxi, dan tiba
di hotel tidak lebih dari 15 menit. Kami langsung check in dan mandi. Selesai
mandi kami hunting restoran yang kami lihat sebelum tiba di hotel ini. Kami
berputar masuk ke jalan Selat Panjang, masih ada yang buka meskipun sudah
banyak restoran yang tutup. Kami masuk ke restoran yang masih buka dengan koki
perempuan keturunan yang menjaga penampilannya khas seperti tante-tante di
Mangga Dua. Kami memesan bubur ayam dari seberang restoran ini serta Bakmi
Medan yang mengandung daging babi, dan minum teh serta susu kedelai. Ketika itu
jam sudah menunjukkan pukul 23.30. Setelah makan kami jalan keliling dulu
sebelum kembali ke hotel, eh kaget juga karena rupanya ada pintu menuju hotel
langsung dari jalan selat panjang ini, hemmm ngak salah milih nih hotel. Saya
sempatkan nonton bola BPL, lalu menyusul tidur….
|
Bubur Ayam dari restoran seberang yang sudah ada sejak tahun 1940-an...Luar Biasa! |
|
My Order!! Bakmi Medan with Pork and Milk Tea (Teh Tarik atau Teh Susu)...is The Best..: ) |
Hari kedelapan Minggu, 30 Desember
2012, kami bangun hampir siang. Kami
langsung mandi dan bersiap sebelum jam sarapan berakhir pada pukul 09.30. Menunya
beragam, wah senang sekali, dan rasanya enak-enak, memang lidah orang Medan very tastefully.
Saya makan buah, bubur, menu utama, dan terakhir roti dan kopi. Sembari sarapan
kami rencanakan perjalanan tur dalam kota
sebelum pulang nanti dengan pesawat Garuda pukul 18.00.
|
Swiss Bell Inn Medan Furniture |
|
Becak Motor Medan |
Kami memanggil becak motor di dekat
hotel, dan minta diantar ke Istana Maemon. Bertiga dalam kabin terasa sempit.
Sekitar 10 menit kami tiba di Istana Sultan Deli ini. Setelah membayar tiket
kami masuk ke dalam istana. Ruang istana yang ditunjukkan tidak begitu banyak,
hanya bagian atas atau lantai dua, dengan lay out palang empat. Saya melihat
lukisan di langit-langit, foto, singasana dan penjaja cendera mata. Setelah
foto-foto kami turun dan lanjutkan perjalanan dengan becak motor yag sama,
dengan tujuan ke Kesawan, ke rumah Tjong A Fie.
|
Istana Maemoon |
|
Dalam Istana Maemoon |
|
Keluarga Besar Tjong A Fie, foto diambil dari foto yang dipajang di mansion |
|
Ruang tempat menerima Sultan Deli |
|
Ruang Dansa Mansion Tjong A Fie |
|
Tjong A Fie Mansion dari Restoran Tip Top Medan |
Kami tiba di depan pintu gerbang
rumahnya yang khas pagar dengan arsitektur Cina dengan aksara kanji serta
hiasan. Masuk melalui gerbang, kami melalui taman, yang berjarak sekitar 20
meter menuju teras rumah. Kami bayar tiket 35ribu rupiah untuk masuk sekaligus
mendapat tur leader bersama rombongan lain. Kami memasuki ruangan demi ruangan
di sisi kiri bangunan, sambil mendengarkan penerangan dari sang tur leader. Sisi
kiri berakhir dengan ruangan dapur, lalu kami masuk ke bangunan utama bagian
belakang, seperti ruang makan, lalu ke kamar utama sang kapitan, yang berlokasi
di sisi kanan bangunan. Lalu keluar dari pintu depan kamr utama belok kiri dan
ke ruang doa. Bangunan utama terbagi / terbelah menjadi dua, dimana bangunan
depan untuk menerima tamu sementara bangunan belakang untuk ruang keluarga dan
taman pembatas atau ruang tengah biasa digunakan untuk latihan silat.
Kami naik ke lantai dua dan menuju
bangunan depan, dimana ruangan ini digunakan untuk melaksanakan pesta dansa
dansi. Saat ini di ruangan yang cukup luas tersebut seluas setengah lapangan
bola mungkin, kami lihat banyak foto-foto keluarga. Setelah itu kami turun dan
menuju ke ruangan bangunan depan. Kami masuk ke ruangan yang dibuat untuk
menerima Sultan, di sisi kanan, dan ruang tamu di depan. Dari sana kami kembali ke sisi kiri bangunan dan
tur selesai.
Selanjutnya kami menyeberang jalan
dan menuju ke restoran Tip Top yang sudah ada sejak tahun 1920? Kami hanya
memesan es krim meskipun ada juga makanan seperti steak. Kami sempat bertemu
beberapa sepupu peserta tur.
|
Restoran Tip Top... |
|
My order at Tip Top, ice cream cake with hot milk tea...tabo nai bah! |
|
My order at Abass Resto Kampung Koling..Martabak |
Dari sana
kami menuju ke Kampung Koling, seperti namanya menunjukkan kampong dimana
banyak orang berkulit gelap, yaitu orang keturuan India. Kamipun mencaoba makanan
khas India,
Roti Kane, mmmm meskipun nikmatnya tidak seperti yang saya harapkan tetapi
makan makanan khas suatu tempat seperti wajib hukumnya. Dari sana kami ke Sun Plaza untuk membeli beberapa
oleh oleh. Dari sana kami kembali ke hotel, berkemas lalu turun dulu ke Selat
Panjang untuk membeli bakpau dan makan lagi di restoran yang sudah ada sejak
1940-an. Kali ini saya pesan bubur dari seberang dan minum susu kedelai.
Kami kembali naik ke kamar, berkemas lagi, lalu turun untuk check out.
Kami diantar dengan mobil hotel
dengan membayar sekitar 50rb untuk diantar ke bandara Polonia. Tiba di Polonia
kami berjumpa dengan keluarga John Hutauruk dan Ito Jane yang satu flight
dengan kami, lalu dengan keluarga Angkang Rusli yang akan berangkat satu jam
setelah flight kami.
Penerbangan sekitar 2 jam, kamipun
tiba di bandara Sukarno Hatta. Kami pesan taxi Express langsung menuju rumah. Jalan
lumayan lancar, mungkin karena banyak penghuni Jakarta
pulang kampong atau liburan Natal dan Akhir Tahun
keluar kota
atau luar negeri.
Akhirnya
kami selesaikan perjalanan kami selama 8 hari. Cukup lama perjalanan bersama
ini, banyak kesan yang kami dapat, dan terutama untuk anak-anak. Ketika mereka
belajar pentingnya keluarga, pentingnya mengenal kampung halaman moyang mereka,
pentingnya mencintai kegiatan outdoor, jalan-jalan, mencicipi makanan khas
daerah, dan hal-hal lainnya yang pastinya memberi pembelajaran yang baik untuk
kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar