Kamis, 14 Februari 2013

Tur Mulak Tu Huta / Perjalanan Pulang Kampung, 23 - 29 Desember 2012 (Hari Ketujuh dan Kedelapan)



Tuktuk Landscape 
Tuktuk Landscape
Tuktuk Landscape
Tuktuk Landscape


Tuktuk Landscape
Hari ketujuh, Kamis 29 Desember 2012, pagi-pagi saya dan Togi pergi untuk mencari tempat penyewaan sepeda. Kami menyewa sepeda di sekitar Hotel Toledo Inn dengan tariff 8000 rupiah / jam. Setelah memilih milih sepeda, kami langsung gowes ke arah Tomok. Tidak sampai Tomok, melalui kantor Telkom Togi berhenti dan menunggu saya ke tujuan pintu masuk dari Tomok ke Ambarita. Kembali ke hotel kami ngebut, memanfaatkan waktu yang tersisa sebalum berangkat kembali ke Parapat untuk berenang sebentar di Danau Toba. Sampai di tempat sewa sepeda yang sempat kesasar saking ngebutnya hahahaha. Akhirnya kami temukan juga, dan bayar sewa satu setengah jam. Dari sana langsung kami bergegas ke hotel untuk sarapan lalu berenang. Nikmat sekali dan sedikit ngeri, tidak sedikit cerita orang tertarik arus danau entah karena arus atau memang tidak bisa berenang. Kolam di hotel Toledo Inn dari Danau Toba, bertangga empat step sebentar landai selanjutnya masuk ke kedalaman 2 meter lalu 3 meter.


Pintu Masuk Tuktuk dari Ambarita Samosir
Polygon and I in Tuktuk Samosir Toba Supervolcano Lake 
Polygon and I in Tuktuk Samosir Toba Supervolcano Lake 
Polygon and I in Tuktuk Samosir Toba Supervolcano Lake 
Setelah berenang sekitar setengah jam, kami langsung mandi berbilas, packing dan bersiap di dermaga untuk berangkat dengan kapal yang sama ketika kami datang. Ikut mengantar salah satu putri pemilik hotel ini yang mengantar koleganya dari luar negeri.

Toledo Inn Port
Toledo Inn Port
Sisi dan Josh Hutauruk bersama Amangtua Gresik (Atur) di dek atas  Kapal Toledo Inn
Salah satu sudut Danau Toba
Di dek atas Kapal Toledo Inn
Salah satu sudut Danau Toba dengan keramba ikan
Penyeberangan memakan waktu sekitar 30 menit dan kamipun tiba di Parapat. Bus kami sudah menunggu di pinggi jalan. Kami bergegas sambil membawa tas kami masing-masing. Sebalum naik bus kami semnpatkan beli buah jeruk untuk ganjal perut sebelum makan siang. Kami berangkat tujuan Medan melalui Brastagi pada waktu sudah hampir tengah hari. Kami berhenti sebentar di Simarjarunjung untuk minum jahe sambil makan pisang goreng. Lokasi ini seperti penelokan, berada di ketinggian untuk memandang-mandang. Lokasi ini memiliki taman selain hotel dan restoran. Di taman banyak rombongan berisitirahat sambil makan di atas tikar. Beberapa penjaja asongan juga ada yang menawarkan cendera mata dan buah. Lagi-lagi kami makan durian.
Sisi dan Josh di depan Hotel Siantar Simarjarunjung
Penjaja Durian di Simarjarunjung
Mmmmm..milih menu dulu di Simarjarunjung
Sekitar satu jam di sana kami lanjutkan perjalanan lagi ke Brastagi. Pemandangan Danau Toba selanjutnya menghilang sejauh perjalanan kami menuju Brastagi. Rasa lapar yang mulai merongrong kami jawab dengan makan buah jeruk, pisang atau kacang. Kami semua sepakat makan siang di Brastagi meskipun beberapa menggerendeng karena lapar, hahahahaha, tapi keputusan sudah dibuat. Sisi dan Josh yang duduk di bangku terdepan belakang sopir sempat mental ke depan ketika sopir menginjak rem. Kupikir perlu ada besi horisontal atau papan untuk menjaga agar penumpang yang di duduk di bangku terdepan tidak mental. Sekitar pukul 15.00 kami tiba di Brastagi. Abang Dharma langsung memanggil salah satu anggota Erlangga cabang Brastagi untuk menemani mencarikan restoran. Sesuai ketetapan bersama kami memilih restoran Chinese food. Akhirnya kami makan siang di Restoran Eropa.
Pedestarian di Brastagi
RM Eropah di Brastagi
Rumah Makan Eropah masakan Chinese Food...
Setelah makan siang menjelang sore tersebut kami lanjutkan perjalanan. Brastagi merupakan kota di tanah karo yang merupakan sentra produksi buah jeruk yang disebut Jeruk Medan, yang biasa dijual di supermarket ibukota. Salah satu rekan bisnis kami merupakan perusahaan transporter yang biasa mengangkut jeruk medan dari Brastagi ke Jakarta. Sembari masih dalam bus kami masing-masing memberikan pendapat atau kesan yang didapat dari perjalanan ini. Intinya kami semua bahagia dan ingin mengulangi lagi perjalanan bersama saudara se-ompung. Bila mungkin kita explore lagi daerah tano batak yang masih belum sempat kita explore. Tapi kalo ada sponsor yang mau membiayai kita ke luar negeri juga tak apalah….hahahaha.
Perjalanan ke Medan dari Brastagi melewati jalan yang menurun dan berliku. Suasana mulai gelap diiringi hujan. Memasuki kota Medan, jalan mulai macet. Di kiri kanan jalan banyak penjaja durian. Tujuan kami adalah kembali ke Hotel JW Marriot. Sekitar pukul 22.00 kami tiba di di hotel tersebut. Semua peserta turun dan masuk ke lobby. Di salah satu sudut dengan sofa yang lumayan banyak kami duduk dan berdoa bersama. Setelah berdoa, kami bersalaman dan berpelukan untuk membubarkan diri. Ada keluarga yang menginap di rumah saudara, ada yang menginap di hotel ini, dan kamipun berangkat ke SwissBell Inn. Kami berangkat menggunakan taxi, dan tiba di hotel tidak lebih dari 15 menit. Kami langsung check in dan mandi. Selesai mandi kami hunting restoran yang kami lihat sebelum tiba di hotel ini. Kami berputar masuk ke jalan Selat Panjang, masih ada yang buka meskipun sudah banyak restoran yang tutup. Kami masuk ke restoran yang masih buka dengan koki perempuan keturunan yang menjaga penampilannya khas seperti tante-tante di Mangga Dua. Kami memesan bubur ayam dari seberang restoran ini serta Bakmi Medan yang mengandung daging babi, dan minum teh serta susu kedelai. Ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 23.30. Setelah makan kami jalan keliling dulu sebelum kembali ke hotel, eh kaget juga karena rupanya ada pintu menuju hotel langsung dari jalan selat panjang ini, hemmm ngak salah milih nih hotel. Saya sempatkan nonton bola BPL, lalu menyusul tidur….
Bubur Ayam dari restoran seberang yang sudah ada sejak tahun 1940-an...Luar Biasa!
My Order!! Bakmi Medan with Pork and Milk Tea (Teh Tarik atau Teh Susu)...is The Best..: )
Hari kedelapan Minggu, 30 Desember 2012, kami bangun hampir siang. Kami langsung mandi dan bersiap sebelum jam sarapan berakhir pada pukul 09.30. Menunya beragam, wah senang sekali, dan rasanya enak-enak, memang lidah orang Medan very tastefully. Saya makan buah, bubur, menu utama, dan terakhir roti dan kopi. Sembari sarapan kami rencanakan perjalanan tur dalam kota sebelum pulang nanti dengan pesawat Garuda pukul 18.00.

Swiss Bell Inn Medan Furniture

Becak Motor Medan
Kami memanggil becak motor di dekat hotel, dan minta diantar ke Istana Maemon. Bertiga dalam kabin terasa sempit. Sekitar 10 menit kami tiba di Istana Sultan Deli ini. Setelah membayar tiket kami masuk ke dalam istana. Ruang istana yang ditunjukkan tidak begitu banyak, hanya bagian atas atau lantai dua, dengan lay out palang empat. Saya melihat lukisan di langit-langit, foto, singasana dan penjaja cendera mata. Setelah foto-foto kami turun dan lanjutkan perjalanan dengan becak motor yag sama, dengan tujuan ke Kesawan, ke rumah Tjong A Fie.

Istana Maemoon
Dalam Istana Maemoon
Keluarga Besar Tjong A Fie, foto diambil dari foto yang dipajang di  mansion 
Ruang tempat menerima Sultan Deli
Ruang Dansa Mansion Tjong A Fie
Tjong A Fie Mansion dari Restoran Tip Top Medan 
Kami tiba di depan pintu gerbang rumahnya yang khas pagar dengan arsitektur Cina dengan aksara kanji serta hiasan. Masuk melalui gerbang, kami melalui taman, yang berjarak sekitar 20 meter menuju teras rumah. Kami bayar tiket 35ribu rupiah untuk masuk sekaligus mendapat tur leader bersama rombongan lain. Kami memasuki ruangan demi ruangan di sisi kiri bangunan, sambil mendengarkan penerangan dari sang tur leader. Sisi kiri berakhir dengan ruangan dapur, lalu kami masuk ke bangunan utama bagian belakang, seperti ruang makan, lalu ke kamar utama sang kapitan, yang berlokasi di sisi kanan bangunan. Lalu keluar dari pintu depan kamr utama belok kiri dan ke ruang doa. Bangunan utama terbagi / terbelah menjadi dua, dimana bangunan depan untuk menerima tamu sementara bangunan belakang untuk ruang keluarga dan taman pembatas atau ruang tengah biasa digunakan untuk latihan silat.
Kami naik ke lantai dua dan menuju bangunan depan, dimana ruangan ini digunakan untuk melaksanakan pesta dansa dansi. Saat ini di ruangan yang cukup luas tersebut seluas setengah lapangan bola mungkin, kami lihat banyak foto-foto keluarga. Setelah itu kami turun dan menuju ke ruangan bangunan depan. Kami masuk ke ruangan yang dibuat untuk menerima Sultan, di sisi kanan, dan ruang tamu di depan. Dari sana kami kembali ke sisi kiri bangunan dan tur selesai.
Selanjutnya kami menyeberang jalan dan menuju ke restoran Tip Top yang sudah ada sejak tahun 1920? Kami hanya memesan es krim meskipun ada juga makanan seperti steak. Kami sempat bertemu beberapa sepupu peserta tur.
Restoran Tip Top...
My order at Tip Top, ice cream cake with hot milk tea...tabo nai bah!
My order at Abass Resto Kampung Koling..Martabak
Dari sana kami menuju ke Kampung Koling, seperti namanya menunjukkan kampong dimana banyak orang berkulit gelap, yaitu orang keturuan India. Kamipun mencaoba makanan khas India, Roti Kane, mmmm meskipun nikmatnya tidak seperti yang saya harapkan tetapi makan makanan khas suatu tempat seperti wajib hukumnya. Dari sana kami ke Sun Plaza untuk membeli beberapa oleh oleh. Dari sana kami kembali ke hotel, berkemas lalu turun dulu ke Selat Panjang untuk membeli bakpau dan makan lagi di restoran yang sudah ada sejak 1940-an. Kali ini saya pesan bubur dari seberang dan minum susu kedelai. Kami kembali naik ke kamar, berkemas lagi, lalu turun untuk check out.
Kami diantar dengan mobil hotel dengan membayar sekitar 50rb untuk diantar ke bandara Polonia. Tiba di Polonia kami berjumpa dengan keluarga John Hutauruk dan Ito Jane yang satu flight dengan kami, lalu dengan keluarga Angkang Rusli yang akan berangkat satu jam setelah flight kami.
Penerbangan sekitar 2 jam, kamipun tiba di bandara Sukarno Hatta. Kami pesan taxi Express langsung menuju rumah. Jalan lumayan lancar, mungkin karena banyak penghuni Jakarta pulang kampong atau liburan Natal dan Akhir Tahun keluar kota atau luar negeri.

Akhirnya kami selesaikan perjalanan kami selama 8 hari. Cukup lama perjalanan bersama ini, banyak kesan yang kami dapat, dan terutama untuk anak-anak. Ketika mereka belajar pentingnya keluarga, pentingnya mengenal kampung halaman moyang mereka, pentingnya mencintai kegiatan outdoor, jalan-jalan, mencicipi makanan khas daerah, dan hal-hal lainnya yang pastinya memberi pembelajaran yang baik untuk kita semua. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar