Bagi saya tidak begitu sulit membagi waktu untuk gowes.
Biasanya teman-teman gowes hari Minggu sementara pada pagi hari tersebut jadwal saya beribadah
besama keluarga. Kalo hari biasa, bisa saja seperti yang saya lakoni 2 tahun
lalu, bersepeda ke kantor, hingga tiba saat saya mengambil kuliah malam di
Salemba dan rasanya capek sekali waktu itu kalau setiap sore dari kantor ke
salemba lalu pulang ke rumah. Akhirnya saya tidak gowes pagi lagi. Hingga tiba
saatnya beberapa bulan lalu terlintas saja pikiran kenapa tidak gowes malam?
Ya juga, kan tetap olah raga sepeda juga. Saya siapkan sepeda United hijau yang
saya beli di PRJ tahun 2009 dan sudah teronggok cukup lama. Karat mulai
merambat di sekitar sock pada garpu depan dan kondisi semua ban kempis depan belakang. Segera saya cuci dan dandani lagi.
|
Salah satu yang dijajakan bukan mobilnya tapi jasa foto dengan mobil antik ini
|
|
Museum Wayang dengan arsitektur seperti bangunan pinggir kanal di Belanda |
|
Museum Fatahillah dengan pasar kaget malam hari di halaman depan |
|
Halaman depan Museum Fatahillah, di seberangnya entah gedung apa yang sudah mulai runtuh |
|
Museum Fatahillah dari sisi kanan atau Timur |
|
Pedagang menjajakan kerak telor makanan khas Jakarta |
|
Stasiun Beos di dapn dan di kiri Bank BNI |
|
Stasiun Beos atau Stasiun Kota |
|
Parkir Motor di sisi kanan Museum Fatahillah |
|
Bangunan di seberang Museum Fatahillah, sudah mau runtuh aja masih tampak gagah..saya suka sekali |
Pada suatu minggu sore saya kontak ajak teman-teman gowes
malam dengan rute Pasar Minggu-Kota, tapi tidak ada bersedia ikut. Hehehe tak
apalah gowes solo. Segera saya siapkan lampu depan, belakang, helm dan sarung
tanga kulit dan wessssss…. 10 km dari rumah saya tiba di jembatan kuningan dan
foto kali malang dengan matahari mulai condong ke Barat. Tidak lama saya lanjut
lagi lurus mengambil jalan Sam Ratulangi, lalu Kebon Sirih, Gambir, Harmoni.
Sengaja berputar supaya rute berangkat dan pulang berbeda dikit. Dari Harmoni
jalan mulai tersendat antrian kendaraan di sekitar Gajah Mada hingga Glodok.
Beberapa kali, kaki musti menjejakkan jalan supaya tidak jatuh.
Gowes mulai bebas setelah Glodok dan masuk ke kawsan kota
tua. Saya tuntun sepeda masuk ke halaman museum Fatahillah sambil menyiapkan BB untuk foto-foto. Memasuki area itu
disambut dengan penjaja PKL dari mulai jual barang seperti kaos, asesori dan
minuman hingga jasa tato dan foto dengan mobil antik. Wah luar biasa halaman
gedung bersejarah nan indah ini menjadi pasar malam. Saya kitari “pasar malam”
tersebut sambil foto. Setelah berputar saya mampir di Indomaret, beli kopi
hangat dan roti. Nyam-nyam makan sambil minum kopi hangat nikmat kali..roti
6,000 plus kopi hangat 6,000 lumayan lah. Lokasi Indomaret bersebelahan dengan Café
Batavia. Hemm…harga boleh beda tapi kenikmatan rasa-rasanya sama saja dengan
bila minum dan makan di sebelah pikir saya untuk tidak mikirkan jumlah uang
yang harus saya keluarkan kalau makan dan minum di café tersebut … : (
|
Cafe Batavia dengan latar depan sepeda saya United |
|
Cafe Batavia, keren penampilannya! |
Setelah habiskan kopi dan roti saya lanjut keliling dan beli
cincin 20,000. Saya lanjutkan gowes kembali ke depan dan kea rah kali besar,
belok kanan lagi ke jalan kopi dan belok kanan lagi berputar ke arah stasiun
Beos, lanjut terus Glodok, Thamrin, Sudirman, Blok M dan Kemang. Tiba kembali
di rumah pukul 20.00 sehingga total perjalanan saya 3,5 jam. Tidak terlalu
melelahkan tapi untuk mengencangkan otot kaki rute ini lumayan ok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar