Jumat, 21 Desember 2012

Gowes Malam Pejaten-Kota 21 Oktober 2012


Bagi saya tidak begitu sulit membagi waktu untuk gowes. Biasanya teman-teman gowes hari Minggu sementara pada pagi hari tersebut jadwal saya beribadah besama keluarga. Kalo hari biasa, bisa saja seperti yang saya lakoni 2 tahun lalu, bersepeda ke kantor, hingga tiba saat saya mengambil kuliah malam di Salemba dan rasanya capek sekali waktu itu kalau setiap sore dari kantor ke salemba lalu pulang ke rumah. Akhirnya saya tidak gowes pagi lagi. Hingga tiba saatnya beberapa bulan lalu terlintas saja pikiran kenapa tidak gowes malam? Ya juga, kan tetap olah raga sepeda juga. Saya siapkan sepeda United hijau yang saya beli di PRJ tahun 2009 dan sudah teronggok cukup lama. Karat mulai merambat di sekitar sock pada garpu depan dan kondisi semua ban kempis depan belakang. Segera saya cuci dan dandani lagi.
Salah satu yang dijajakan bukan mobilnya tapi jasa foto dengan mobil antik ini
Museum Wayang dengan arsitektur seperti bangunan pinggir kanal di Belanda

Museum Fatahillah dengan pasar kaget malam hari di halaman depan

Halaman depan Museum Fatahillah, di seberangnya entah gedung apa  yang sudah mulai runtuh

Museum Fatahillah dari sisi kanan atau Timur

Pedagang menjajakan kerak telor makanan khas Jakarta
 
Stasiun Beos di dapn dan di kiri Bank BNI
Stasiun Beos atau Stasiun Kota
 
Parkir Motor di sisi kanan Museum Fatahillah

Bangunan di seberang Museum Fatahillah, sudah mau runtuh aja masih tampak gagah..saya suka sekali

Pada suatu minggu sore saya kontak ajak teman-teman gowes malam dengan rute Pasar Minggu-Kota, tapi tidak ada bersedia ikut. Hehehe tak apalah gowes solo. Segera saya siapkan lampu depan, belakang, helm dan sarung tanga kulit dan wessssss…. 10 km dari rumah saya tiba di jembatan kuningan dan foto kali malang dengan matahari mulai condong ke Barat. Tidak lama saya lanjut lagi lurus mengambil jalan Sam Ratulangi, lalu Kebon Sirih, Gambir, Harmoni. Sengaja berputar supaya rute berangkat dan pulang berbeda dikit. Dari Harmoni jalan mulai tersendat antrian kendaraan di sekitar Gajah Mada hingga Glodok. Beberapa kali, kaki musti menjejakkan jalan supaya tidak jatuh.
Gowes mulai bebas setelah Glodok dan masuk ke kawsan kota tua. Saya tuntun sepeda masuk ke halaman museum Fatahillah sambil menyiapkan BB untuk foto-foto. Memasuki area itu disambut dengan penjaja PKL dari mulai jual barang seperti kaos, asesori dan minuman hingga jasa tato dan foto dengan mobil antik. Wah luar biasa halaman gedung bersejarah nan indah ini menjadi pasar malam. Saya kitari “pasar malam” tersebut sambil foto. Setelah berputar saya mampir di Indomaret, beli kopi hangat dan roti. Nyam-nyam makan sambil minum kopi hangat nikmat kali..roti 6,000 plus kopi hangat 6,000 lumayan lah. Lokasi Indomaret bersebelahan dengan Café Batavia. Hemm…harga boleh beda tapi kenikmatan rasa-rasanya sama saja dengan bila minum dan makan di sebelah pikir saya untuk tidak mikirkan jumlah uang yang harus saya keluarkan kalau makan dan minum di café tersebut … : (

Cafe Batavia dengan latar depan sepeda saya United
Cafe Batavia, keren penampilannya!
Setelah habiskan kopi dan roti saya lanjut keliling dan beli cincin 20,000. Saya lanjutkan gowes kembali ke depan dan kea rah kali besar, belok kanan lagi ke jalan kopi dan belok kanan lagi berputar ke arah stasiun Beos, lanjut terus Glodok, Thamrin, Sudirman, Blok M dan Kemang. Tiba kembali di rumah pukul 20.00 sehingga total perjalanan saya 3,5 jam. Tidak terlalu melelahkan tapi untuk mengencangkan otot kaki rute ini lumayan ok.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar